Dirofilaria immitis khususnya pada
anjing telah banyak diketahui dan dilaporkan, baik yang menyangkut
epidemiologi, sifat penyakit, siklus hidup dan penularan, sifat antigen,
interaksi parasit dan inang, teknik diagnostic dan terapi pengobatannya.
Siklus Hidup D. immitis
Nematoda Filaria, Dirofilaria immitis dikenal juga sebagai Filaria sanguinis atau Dirofilaria lousianensis,
merupakan suatu cacing dari genus Dirofilaria penyebab Canine Heartworm Disease
(CHD) pada anjing dan Human Pulmonary Dirofilariasis (HPD) atau Tropical
Pulmonary Iosinophilia pada manusis.
Cacing dewasa ini umumnya terdapat pada
anjing hampir di seluruh dunia, khususnya di daerah subtropis dan tropis.
Infeksi alami pada anjing sehat diawali oleh gigitan nyamuk Anopheles dan Culex
yang membawa larva microfilaria infektif stadium 3 (L3). Larva tersebut
kemudian berkembang di dalam jaringan subkutan dan fasia intramuskuler
penderita selama kurang lebih 2 bulan kemudian menjadi bentuk “immature” dan
mulai migrasi ke ventrikel kanan jantung dan arteri pulmonalis. Pematangan atau
maturitas cacing terjadi setelah 6-8 bulan pascainfeksi. Cacing betina menjadi
cacing dewasa dan menghasilkan microfilaria yang dapat ditemukan dalam darah.
Kesempurnaan siklus hidup D. immitis
terjadi ketika nyamuk lainnya menghisap microfilaria baru bersamaan dengan
mengambil atau menghisap darah dari anjing penderita.
Patogenesa
Pada kasus CHD dijumpai perubahan
patologis yang cukup luas khususnya pada paru-paru dan arteri pulmonalis.
Perubahan ini disebabkan oleh reaksi inang terhadap antigen D. immitis dan
terhadap kejadian sekunder seperti trombosis. Tanda-tanda imflamasi
menggambarkan keseluruhan respons inang terhadap lesi. Gejala utama peningkatan
aliran darah ke tempat infeksi.
Pembengkakan dan kesakitan sebagai hasil
aktivitas biologis berbagai system imflamasi yaitu system kaskade komplemen,
jalur koagulasi bergantung faktor Hageman, aktivitas kinin, mediator kimia dari
sel-sel mast dan basofil, produk metabolism asam arakhidonat serta kelebihan
lemak. Aktivitas dan sekresi mediator-mediator ini menyebabkan perubahan
permeabilitas pembuluh darah dan direkrutnya sel-sel sekreton yang berasal dari
local dan sirkulasi untuk turut berpartisipasi dalam proses imflamasi.
Gejala Klinis
Banyak anjing dan karnivora yang
terinfeksi D. immitis sering tidak memperlihatkan gejala klinik (subklinik),
kecuali ditemukan adanya microfilaria dalam darah. Pada tahap awal (infeksi
ringan) timbul gejala pernafasan lambat dan kelesuan.
Pada kasus berat muncul tanda-tanda
gangguan sirkulasi akibat gangguan mekanik dan endarteritis progresif.
Ednokarditis, thromboemboli dan demam dilaporkan terjadi pada kasus berat. Pada
kasus dimana terdapat cacing dewasa dalam jumlah cukup banyak, penderita akan
menunjukkan gangguan fungsi katup jantung terutama bila cacing berada di dalam
atrium kanan, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis ketiga bagian atas. Jantung
kanan menderita dilatasi dan hipertrofi. Keadaan ini menyebabkan pembendungan
vena disertai sirosis hati dan asites.
Kematian sering terjadi karena
terjadinya emboli dan tromboemboli karena terdamparnya D. immitis dewasa yang
mati pada daerah percabangan arteri pulmonalis. Cacing dewasa yang mati
menginduksi perubahan arteri pulmonalis dalam waktu 3-6 minggu. Trombi,
proliferasi villi yang ekstensif dan akibat respons terhadap inflamsi
granulomatosa akan menghambat aliran darah ke lobus kaudalis paru-paru.
Sindroma ini ditandai dengan adanya onset demam, dispnoea, takikardia,
hipotensi, lemah, batuk atau hemoptisis.
Angka anemia pada anjing terinfeksi
lebih tinggi (37%) dibandingkan anjing yang tidak terinfeksi (14 %) dan lebih
banyak pada hewan dengan sindroma vena cava (91 %) dibandingkan dengan hewan
“occult dirofilariasis “ (62,5 %) sedangkan onset anemia hemolitik dan hemoglobinuria
adalah cirri dari sindroma vena cava.
Diagnosa
Secara klinis, gambaran infeksi D.
immitis sangat bervariasi tergantung dari jumlah microfilaria yang bersikulasi
dan jumlah cacing dewasa yang terdampar di dalam organ tubuh. Berdasarkan
anamnesa dijumpai penurunan berat badan, lemah fisik, batuk spontan, akumulasi
cairan subkutan, temperature badan yang tinggi dengan membran mukosa yang
sianosis.
Pada gambaran rontgen tampak adanya
hipertrofi dan dilatasi jantung kanan, batuk spontan, peningkatan vaskularisasi
daerah thoraks, pembendungan vena dengan asites. Microfilaria hanya mungkin
ditemukan jika dilakukan pemeriksaan preparat ulas darah segar atau dengan
pewarnaan khusus asam fosfatase yang diambil malam hari.
Untuk identifikasi microfilaria D. immitis
dengan menggunakan Modified Knott’s Test (MKT). untuk serodiagnosa, suatu
teknik immunoassay terhadap infeksi D. immitis yaitu DIRO-CHECH ® dan
ELISA-Ag-Test yang telah diproduksi secara komersial. Kit ini untuk mendeteksi
ada tidaknya infeksi ringan atau infeksi “occult”.
Diagnosa Banding
D. immitis harus dibedakan dari cacing
subkutan Dipetaloma reconditum yang memiliki panjang 260-280 mikron dan lebar
6-7 mikron, bentuk ujung kepala dan ekor yang tumpul dengan ekor “botton
hooked”, bergerak maju ke depan. Selain itun dilaporkan juga sebagai diagnosa
bandingnya adalah D. repens dan D. dracunculoides.
Pencegahan dan pengobatan
Pada umumnya tinggi rendahnya tingkat
kesuksesan terapi pada kasus D. immitis pada anjing tergantung kepada tingkat
keparahan. Kerusakan jaringan dimana D. immitis dewasa, hidup atau mati. Untuk
pengobatan Thiacertasamida (preparat arsena) dengan dosis 0,2 ml/kg bb atau 2
mg/ kg bb terbagi atas 2 dosis diberikan secara intravena selama 2-3 hari. Enam
minggu setelah terapi dengan preparat arsena dilanjutkan dengan eliminasi
microfilaria menggunakan Levamizol HCl 10 mg/kg bb/hari selama 15 hari yang
diberikan peroral. Dapat juga menggunakan ivermectin dosis maksimum 6 mg/kg bb
dengan interval ulangan 30 hari.
Tindakan pencegahan dengan melakukan
pengendalian vector nyamuk Anopheles dan Culex. Di Negara-negara 4 musim
Diethylcarbamacin (DEC) dengan dosis 5 mg/kg bb/ hari diberikan kepada
anjing-anjing anakan memasuki musim panas, dimana keterpaparan nyamuk cukup
tinggi dan pengobatan dihentikan memasuki musim dingin.
Untuk kondisi Indonesia, tindakan
pencegahan dianjurkan untuk dilakukan sepanjang tahun, namun jarang dilakukan
karena laporan kasus klinik yang sangat jarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar